Selasa, 30 Juni 2009

Menjemput Kematian



Salah satu fenomena yang pasti kita hadapi dalam hidup di dunia adalah datangnya
kematian. Tak dapat disangkal, pada saatnya nanti, nyawa kita akan terlepas dari jasad ini.
Akan tetapi, terkadang kita enggan membicarakannya. Kematian kita pandang sebagai
peristiwa yang menyeramkan.
Bisa jadi, keengganan itu disebabkan ketidaktahuan kita. Karena tak satu pun informasi
yang menjelaskan hakikat kematian. Kapan kematian datang, dengan cara apa menjemput
kita, dan bagaimana nasib kita setelahnya, semua mengandung misteri. Dan memang,
mustahil bagi kita mengetahui hakikat kematian yang sebenarnya.
Karena itu, sebagian manusia memilih untuk tidak memikirkan kematian. Mereka
memfokuskan diri menjalani hidup, yang ada dalam pikiran mereka sehari-harinya adalah
bagaimana merencanakan hidup ini dan terus berusaha mewujudkan rencana itu. Maka,
kematian menghampirinya, ia sangat terkejut. J. Paul Sartre, seorang filsuf Prancis beraliran
eksistensialis mengatakan, kematian adalah kenyataan yang menyergap manusia secara
tiba-tiba. Kematian berada di luar kendali manusia. Kedatangannya mengejutkan saat
manusia sedang merencanakan hidupnya dan berusaha mewujudkan keinginan dan citacitanya.
Kematian Bertalian dengan Kehidupan
Berfikir tentang kematian memunyai hubungan yang erat dengan kehidupan. Pandangan
seseorang tentang kematian akan merefleksi pada pandangan tentang kehidupannya. Ada
dua pandangan tentang kematian. Pandangan pertama berpendapat, kematian adalah akhir
dari segalanya. Ia merupakan batas antara ada dan ketiadaan manusia. Pandangan kedua
mengartikan kematian sebagai pintu menuju kenyataan yang lain. Kematian bukanlah akhir
kehidupan manusia, melainkan jalan menuju ke kehidupan yang lain. Tentu, keduanya
memunyai perbedaan dalam memaknai hidup.
Sebagian besar penganut paham eksistensialisme [paham yang fokus pada kebebasan
manusia sebagai individu] cenderung pada pandangan pertama tersebut di atas. Bagi
mereka hidup hanyalah menunggu mati. Apa yang diperbuat selama manusia hidup tak
berarti apa-apa bagi dirinya setelah mati. Mereka tak mengakui adanya kehidupan setelah
kematian. Sartre mengatakan, kehidupan setelah kematian hanyalah omong kosong.
Seorang filsuf eksistensialis yang lain, Karl Jaspers [1883-1969] memandang hidup adalah
kesia-siaan belaka, tak bermakna sama sekali. Manusia hidup di dunia seperti terlempar
dari suatu tempat tanpa ada kekuatan memilih untuk dilahirkan atau tidak.
Jaspers mengandaikan kehidupan manusia seperti dalam legenda Sysiphus karya Albert
Camus. Legenda menceritakan, Sysiphus mendapat hukuman dari para dewa. Ia
diperintahkan mendorong batu besar menyusuri lereng bukit menuju ke puncaknya. Namun
setelah sampai di puncak, batu itu didorongnya sehingga menggelinding ke dasar bukit.
Lalu, Sysiphus mendorongnya ke puncak lagi. Terus-menerus begitu sampai akhir
hayatnya.
Begitu mendalam perasaan Camus mengenai kesia-siaan hidup. Dalam pikirannya, hidup
manusia tak ubahnya seperti nasib Sysiphus sehingga ia mengatakan, satu-satunya tugas
seorang filsuf adalah berpikir dan menemukan jawaban, mengapa manusia tak bunuh diri
saja.
Pandangan para tokoh eksistensialis di atas berbeda dengan pemahaman Profesor John
Hick. Dia adalah seorang filsuf sekaligus teolog yang cukup dikenal dengan keyakinannya
tentang adanya hidup setelah mati.
Kematian menurut pandangan Hick adalah bagian dari proses perkembangan hidup
manusia. Kematian bukan akhir kehidupan manusia. Justru dengan kematian, manusia
menuju keabadian [immortality]. Hidup merupakan perjalanan menuju kesempurnaan.
Manusia takkan mencapi kesempurnaan di dunia, karena pasti akan mati. Kesempurnaan
didapat manusia setelah kematiannya. Dalam arti, manusia akan mengalami kehidupan
yang lain setelah kematiannya di dunia.
Hidup di dunia bagi Hick merupakan ajang untuk mematangkan diri. Ia menganjurkan,
selama hidup di dunia hendaknya manusia mencari makna hidup secara religius sehingga
ketika ajal menjemput, manusia akan tersenyum karena sebentar lagi kesempurnaan akan
diraihnya.
Mengingat Kematian
Menyimak beberapa pendapat para pemikir mengenai kematian, kita dapat memahami,
mengapa agama mengajarkan kematian. Tujuannya tak lain adalah agar manusia tak salah
memandang kematian sehingga tak salah pula menyikapi kehidupan.
Menurut pendapat sebagian pakar, kurang lebih ada tiga ratus ayat al-Qur an dan hadis
Nabi Saw yang menjelaskan tentang kematian. Uraian dari kedua sumber itu diperuntukkan
bagi manusia agar tak cemas menghadapi misteri kematian. Bahkan, dianjurkan untuk
selalu mengingat kematian.
Kematian yang dianjurkan untuk diingat itu bukan kematian sebagai akhir dari segalanya.
Kematian, menurut konsep al-Qur an dan hadis Nabi Saw, adalah pintu bagi manusia
menuju alam berikutnya yang kekal dan abadi.
Al-Qur an menginformasikan, manusia mengalami dua kali kematian dan paling sedikit dua
kali kehidupan. Dalam surah Ghâfir [40] ayat 11 dijelaskan bahwa di hari Kemudian, orangorang
kafir berkata: Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan menghidupkan
kami dua kali, maka kami mengakui dosa-dosa kami.
Dua kali kematian yang dimaksud adalah pertama ketika manusia belum terwujud dalam
pentas dunia ini dan yang kedua ketika manusia meninggal dunia. Sedangkan dua
kehidupan yaitu ketika manusia hidup di dunia dan saat hidup di alam Barzah [yang
menyebut tiga kali, kehidupan yang ketiga adalah di alam Akhirat].
Nasib manusia di alam Barzah [dan alam Akhirat] ditentukan oleh kehidupan manusia di
Dunia. Jika di Dunia manusia banyak menanam kebajikan, sesuai dengan tuntunan agama,
manusia akan menuai kebahagiaan di Akhirat dan akan hidup kekal di dalamnya.
Sebaliknya, jika kejahatan yang disebar di Dunia, kesengsaraanlah yang ditunai di Akhirat
dan celakanya, akan hidup kekal pula dalam kesengsaraan itu.
Kematian juga merupakan batas bagi manusia untuk menanam kebajikan [di Dunia] dan
saat memanennya [di alam Barzah dan Akhirat]. Setelah kematian, manusia tak dapat lagi
menanam. Salah satu manfaat mengingat kematian adalah untuk memotivasi diri agar terus
-menerus menanam kebajikan sebelum batas itu tiba.
Imam Ghazali menyebutkan, selain mendorong untuk melakukan kebajikan dan
menghindari berbuat dosa, mengingat kematian juga membuat manusia tak larut dan
terbuai dalam kepentingan dunia, sehingga tak menghalalkan segala cara mengejar harta,
pangkat, dan jabatan. Mengingat kematian juga bisa menimbulkan gairah untuk
mendekatkan diri pada Allah swt.
Kematian Bukan Seperti Tamu
Meskipun kematian itu pasti datang, tapi kedatangannya tak bisa dipastikan kapan, di mana,
dan dengan cara apa. Kematian tak seperti tamu yang datang dengan mengetuk pintu
terlebih dahulu. Ia datang tiba-tiba. Jika tiba untuk menyambutnya, kita tak sempat lagi
mempersiapkan diri, bersolek, dan berdandan.
Mengingat kematian dan mempersiapkan diri menghadapinya bukanlah milik para manula
[manusia usia lanjut] saja karena kematian tak hanya datang ketika kita sudah tua. Jika
direntangkan, usia manusia saat meninggal dunia, bisa jadi akan memenuhi setiap titik
dalam garis mulai dari 0 sampai usia manusia tertua. Karena itu, berapa pun usia kita saat
ini, perlu untuk mengingat kematian dan mempersiapkannya.
Di usia muda, saat manusia berkarya, memaksimalkan kemampuan untuk meraih
kehidupan dunia sampai pada titik yang ia mampu, hendaknya manusia tak melupakan
bekal untuk kehidupan Akhirat.
Begitu juga saat manusia berada pada kematangan hidup secara fisik, pikiran, dan materi
[mungkin sekira usia 40 tahun]. Kenikmatan itu tak menjadikannya lupa, justru lebih
memfokuskan diri memperbanyak bekal. Lebih-lebih bagi kita yang sudah mencapai usia 50
atau 60 tahun. Bekal hidup di Akhirat adalah menu wajib sehari-hari karena sudah dekat
masanya menuai.
Manusia yang selalu mengingat kematian dan mempersiapkan diri menghadapinya disebut
Nabi Saw sebagai manusia yang paling cerdik.
Ibnu Umar ra. pernah berkata, Aku pernah mengadap Rasulullah Saw sebagai orang kesepuluh
yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshar berdiri seraya berkata, Wahai
Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas? Beliau menjawab,
Mereka [adalah] yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya.
Mereka itulah manusiamanusia cerdas; mereka pergi [mati] dengan harga diri di dunia dan
kemuliaan akhirat. [HR. ath-Thabrani, disahihkan oleh al-Munziri]. « [imam]

[Direktori]
Mengurus Kematian

Membicarakan kematian bukan persoalan yang mudah. Namun kematian adalah
keniscayaan yang tak bisa dihindari sehingga mau tak mau kita harus selalu siap
menghadapi adanya kematian di sekitar kita. Apa yang bisa kita lakukan jika ada kematian
di sekeliling kita, misalnya tetangga, kerabat, atau bahkan orang terdekat kita?
Menjelang dan saat kematian:
1. Membimbing orang yang menghadapi kematian dengan membaca kalimat tauhid.
2. Memejamkan matanya dan berdoa..
3. Meletakkan jenazah menghadap kiblat.
4. Menutupi jenazah dengan kain yang ukurannya bisa menutupi sekujur tubuhnya.
5. Menyegerakan pengurusan jenazah.
Saat-saat kematian:
Meski saat ini adalah saat yang paling berduka, namun jangan lupa untuk mengurus
keterangan kematian dari Rumah Sakit, Puskesmas, atau visum dari dokter. Setelah itu
minta surat pengantar RT/RW untuk mendapatkan Surat Keterangan Pelaporan Kematian
dari Lurah [surat kedua dapat dimintakan setelah proses penguburan selesai].
Memandikan jenazah:
Yang memandikan adalah keluarga atau orang yang dianggap amanah dan terpercaya
untuk memandikannya.
Benda-benda yang dibutuhkan :

  • Dipan..
  • Batang pisang jika diperlukan.
  • Air bersih secukupnya.
  • Sabun.
  • Sampo.
  • Kapur barus halus.
  • Cotton buds.
  • Air mawar, bubuk cendana, atau daun bidara [sesuai kebutuhan].
  • Sarung tangan, masker, sepatu bot, dan sebagainya.

Tempat yang harus disediakan:
Tempat pemandian yang layak dan tertutup agar proses pemandian tak disaksikan orang lain.
Mengafani:
Yang mengkafani adalah orang yang sudah ahli di bidang ini dan dipercaya pihak keluarga.
Benda-benda yang dibutuhkan:
Kain kafan putih bersih, untuk pria tiga lembar dan wanita lima lembar.
Kapas secukupnya.
Kapur barus halus.
Minyak wangi, bubuk kopi, bunga/daun pandan, atau ratus untuk menghilangkan bau
sesuai dengan kebutuhan.
Menshalatkan:
Untuk memudahkan pelayat menshalatkan jenazah, maka jenazah yang telah dimandikan
dan dikafani dapat diletakkan di ruang tamu atau ruang tengah yang luas dengan
menghadap kiblat [kepala jenazah di sebelah Utara]. Perhatikan kesesuaian tempat agar
masih ada area yang lapang untuk pelayat melakukan shalat jenazah.
Menguburkan:
Yang dilakukan sebelum menguburkan jenazah:
Mengutus seseorang untuk mengurus administrasi pada pekuburan yang dituju.
Mengurus kendaraan yang akan digunakan menuju ke pekuburan.
Menentukan siapa orang yang akan turun ke liang lahat, siapa yang akan membaca
doa, dan siapa yang akan memberikan sambutan.
Setelah prosesi berlalu:
Beberapa hari setelah jenazah dikuburkan, keluarga dapat melaporkan kematian pada Suku
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk WNI paling lambat 60 hari sejak tanggal
kematian, dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut:
Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit, Puskesmas, atau visum dari dokter.
Pengantar RT/RW untuk mendapatkan Surat Keterangan Pelaporan Kematian dari
Lurah.
Fotokopi Kartu Keluarga dan KTP orangtua jika yang meninggal belum menikah.
Fotokopi Akta Perkawinan/Akta Nikah jika yang meninggal sudah menikah.
Fotokopi Akta Kelahiran yang meninggal.
Hal-hal lain yang dapat dilakukan keluarga yang meninggal setelahnya:
Hubungi tempat bekerja yang meninggal; minta informasi mengenai asuransi pegawai,
dana pensiun, uang cuti, dan lain-lain. Perusahaan biasanya akan membantu
menyediakan surat-surat yang diperlukan. Perhatikan dengan seksama peraturan
asuransi kesehatan yang berlaku. Keluarga yang meninggal mungkin masih berhak
atas asuransi kesehatan.
Hubungi customer service perusahaan penerbit kartu kredit; coba ketahui apakah
kartu kredit yang meninggal dilindungi asuransi yang bisa melunasi sisa cicilan kartu
kreditnya jika ada.
Hubungi kantor pemberi Jaminan Sosial jika ada. Mungkin bisa mendapatkan klaim
kematian, tabungan, dana pensiun, dan dana-dana lainnya.
Hubungi perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan; Jika yang meninggal memiliki
asuransi jiwa, keluarga harus mengurus klaimnya. Hubungi kantor asuransi tersebut
untuk mengetahui detil yang diperlukan. Klaim biasanya dibayarkan sekaligus dalam
jumlah besar. Teliti juga skema pensiun yang meninggal, apakah yang akan
dibayarkan sekaligus atau bulanan. Periksa
biaya medis [jika ada], mungkin ada klaim medis yang perlu diurus.
Hubungi bank yang rekeningnya dimiliki yang meninggal untuk menginformasikan
kematiannya dan menanyakan bagaimana cara menarik dana atau menutup
tabungannya.
Hubungi kantor Pelayanan Umum, seperti PLN, kantor pos, agen koran, dan lain-lain
untuk menginformasikan kematiannya.
Hubungi kantor pajak yang bersangkutan untuk menginformasikan kematiannya.
Untuk pajak bangunan harus dilakukan balik nama terlebih dahulu, barulah pemilik
baru membayar pajak bangunan.
Box
Alamat jasa pengurus kematian:
Yayasan Bunga Kamboja
Jl. Raya Pasar Minggu KM 19, Jakarta Selatan
Tel 021-7990646
Yayasan Bunga Rampai
Jl. Muhasim No. 28, Cilandak, Jakarta Selatan
Tel 021-7657712
Yayasan Melati Suci
Jl. Kramat Raya No. 174, Jakarta 10450
Tel 021-3909133
Yayasan Bunga Cempaka
Jl. Gang Cempaka No. 1, Kebayoran Baru
Tel 021-7234124
Masjid Agung Sunda Kelapa
Jl. Taman Sunda Kelapa No. 16, Jakarta Pusat
Tel 021-31934261

One comment
1. Juni Tri Widodo June 22nd, 2009 1:34 am :
Assalamualaikum Wr. Wb.
Subhanallah ., tulisan yang menarik dan mencerahkan bagi saya yang baru saja
ditinggalkan oleh Ibunda. Ada banyak hal yang saya ingin berbagi dengan Ibunda, tapi
Alloh berkehendak lain, Dia memanggil Ibunda tepat 2 jam sebelum saya sampai
dirumah. Alloh telah memanggil Ibunda saya pada pagi yang sangat cerah dan
membahagiakan karena harusnya hari itu kami melangsungkan pernikahan adik
bungsu saya. Selamat jalan ibunda , alhamdulillah pernikahan adik sudah bisa kami
laksanakan dengan baik, terima kasih atas segala sesutu yang telah ibunda
persiapkan untuk upacara pernikahan. Ya Robb berilah ketabahan dan keikhlasan
pada kami sekeluarga dalam menjalani segala kehendakmu.
Wassalamualaikum Wr. Wb.





Salam
Maratua Parlagutan
085278131023/081365225659
email : maratua.parlagutan@ymail.com
maratua..parlagutan@gmail.com